jendeladunia16.com - Roto Gaja : Tradisi Adat Batak Garoga Tapanuli Utara, Acara adat Batak Saur Matua Sebagai Bentuk Penghormatan Terakhir
Suku batak dikenal memiliki kebudayaan yang sangat beragam dan unik. Salah satunya upacara adat Roto, suatu ritual pemakaman. Penduduk asli Garoga suku batak toba yang berada di provinsi Sumatera Utara
Upacara adat menjadi suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari suku ini. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat Batak masih menganut tradisi peninggalan leluhur.
Salah satu tradisi yang masih dipegang adalah upacara Roto atau disebut Keranda Roto. Keranda Roto adalah upacara adat pemakaman sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada seseorang yang sudah meninggal.
Keranda Roto sebagai kendaraan mayat menuju tanah pemakamannya diungkap oleh tokoh masyarakat, yang juga kepala desa di Kecamatan Garoga, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Sejak dahulu, setiap orang meninggal dengan sematan 'saur matua' hingga 'saur mauli bulung' akan diberangkatkan mengendarai Roto menuju tanah pemakaman
Saur Matua adalah upacara adat kematian orang tua laki-laki atau perempuan yang telah menikahkan semua anaknya dan memiliki cucu, dalam arti lain tidak lagi memiliki beban apa pun. Saur matua mauli bulung, yaitu saat sosok tertua di keluarga meninggal duluan dari anak dan cucunya yang sudah menikah.
Disebutkan, keranda Roto merupakan kendaraan dari kayu yang memiliki empat buah roda yang juga terbuat dari kayu dan berfungsi sebagai kereta jenazah untuk membawa jasad orang meninggal menuju lokasi pekuburan.
Peggunaan Roto hanya diperbolehkan bagi orang tua yang meninggal dengan status 'saur mauli bulung' atau sebutan bagi orang tua yang keseluruhan anaknya telah menikah hingga memiliki cucu, dan cicit atau dalam istilah Batak "marmini marnono"
Juga bagi orang tua yang meninggal dengan status "saur matua" atau sebutan bagi orang tua yang keseluruhan anaknya telah menikah atau dalam istilah batak "marhasohotan", sebelum dirinya meninggal dunia.
Kereta Roto dibentuk menyerupai rumah adat Batak Toba dengan puncak depan dan bagian belakang khusus sebagai sematan identitas. Roto berdindingkan lapisan kain ulos pemberian warga yang mengasihi mendiang.
Terdapat tujuh jenis Roto, yang diawali secara berurut dari Roto Gobak, Roto Hodong, Roto Payung, Roto Kiet, Roto Pane, Roto Godang, dan terakhir Roto Gaja Luppat.
Dikatakan, Roto Gaja Luppat memiliki nilai tertinggi yang diberikan kepada "Raja Huta" atau sipukka huta. Sementara Roto Godang menjadi roto tertinggi bagi "Boru Huta".
Selanjutnya, seusai acara adat, peti mati dimasukkan ke dalam roto untuk selanjutnya digiring ke depan dan ke belakang masing-masing tujuh kali untuk kemudian digiring tanpa perhentian menuju lokasi pemakaman.
Setibanya di lokasi pemakaman, peti mati akan dikeluarkan dari dalam roto untuk dikuburkan. Segala kain ulos yang tadinya menutupi roto akan dibawa kembali oleh pihak keluarga, dan roto akan ditinggalkan di tempat pemakaman.
Bagaimana nih, kamu yang aslinya suku batak udah pernah dengar gak adat batak yang satu ini. Nah sebagai info adat batak ini cuman ada di Kabupaten Tapanuli Utara, tepatnya bagi masyarakat Garoga. Terimakasih telah mengunjungi artikel JendelaDunia16 ini, semoga info ini bermanfaat untuk anda.
0 Komentar