jendeladunia16.com - Pangulubalang : Penjaga Masyarakat Batak Toba & Sebuah Kisah Mistik di Tanah Batak
Kebudayaan Batak memang terkenal memiliki akar yang kuat di Sumatera Utara. Satu hal yang menarik adalah adanya Pangulubalang, semacam patung yang bertugas melindungi masyarakat kampung. Patung ini harus diolesi darah musuh agar makin kuat.
Pangulubalang adalah benda berupa patung yang sudah diberi kekuatan mistis. Pangulubalang berfungsi sebagai panglima untuk melindungi dan memberi kesejahteraan kepada kampung atau marga.
Konon, patung ini diyakini sebagai penjaga yang mampu mengusir roh jahat yang ingin masuk ke dalam huta atau kampung.
Kisah Patung Pangulubalang / Ulubalang
Pangulubalang adalah peninggalan suku batak ketika masih menganut animisme. Pangulubalang atau ulubalang adalah patung pelindung desa, khususnya pada saat penduduk desa sedang meninggalkan desa untuk bertani.
Pangulubalang adalah patung batu yang digorga atau diukir dalam bentuk manusia mini.Patung pangulubalang bukanlah patung yang dibuat sembarangan begitu saja, tetapi patung yang sebelumnya diisi dengan jasad manusia yang sengaja dikorbankan, dan diolah sedemikian rupa khusus untuk membuat "panggulubang"
Menurut cerita, manusia yang dikorbankan ini adalah anak kecil yang diambil dan diasuh, dengan perjanjian apapun permintaan si anak akan dituruti asal si anak mau memberikan apa yang diminta oleh yang mengasuh (si anak tidak tahu kalau dia akan dikorbankan).
Seluruh permintaan si anak akan dituruti hingga umur kurang lebih sepuluh tahun sebelum dikorbankan.
Pada saat yang ditentukan, kemudian sianak dikorbankan, dengan cara dimasukkan kedalam mulutnya berupa cairan timah mendidih.Kemudian mayatnya dipotong-potong dan dicampur dengan beberapa ramuan dan dibiarkan membusuk.
Air fermentasi yang keluar dari mayat anak kecil tadi disimpan didalam cawan, lalu sisanya dibakar untuk medapatkna abunya. Untuk memnanggil sianak yang sudah dikorbankan tadi, disipakanlah patung. Patung inilah yang disebut Pangulubalang.
Patung ini berfungsi untuk penolak bala, selain itu datu (dukun) bisa memanfaatkannya untuk menyerang musuh,berupa santet.
Panggulubalang pada saat-saat tertentu diberi makan oleh majikannya yang menunya berupa padi yang dugonseng,telur ayang kampung, dll. Seandainya majikannya terlambat memberi makan, maka telur ayam sekampung yang sedang dierami tidak jadi menetas. Karena sebelumnya telah disantap oleh pangulubalang.
Roh manusia yang dalam jasadnya ada dalam pangulubalang, dipercaya dapa berfungsi sebagai penjaga huta atau kampung. Jika ada musuh (zaman doeloe sering kejadian) mau menyerbu masuk huta, ataupun akan timbul wabah kolera (begu attuk) dan lain-lain bencana. Maka sebelunya oleh pangulubalang akan diberikan peringatan-peringatan dini dengan tanda-tanda umpamanya, semut-semut merah bermunculan disekeliling hyta secara menyolok, dan atau tanda-tanda alam lainnya yang tidak lazim. Bahkan katanya suara-suara aneh yang bersumber dari pangulubalang. Berdasarkan ini semua (majikannya biasanya cepat tanggap) orang sekampung dapt menganbil tindakan berjaga-jaga (mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya).
Pangulubalang juga memilki peranan penting dalam perselisihan antara marga atau antar desa. Roh pangulubalang ditugaskkan ke daerah musuh untuk menutup mata dan telinga agar tidak mampu untuk berperang lagi.
Pada saat-saat tertentu patung-patung ini dipuja dan disembah, agar masyarakat desa selamat dari marabahaya dan selain itu juga untuk memohon rejeki.
Relief patung pangulubalang atau ulubalang ini dapat kita jumpai atau temui di Balige tepatnya di Museum TB Silalah Center.
0 Komentar