jendeladunia16.com - Tradisi Budaya Adat Batak Dalam Pernikahan Yang Harus Kamu Ketahui
Bagi orang Batak, perkawinan mengandung nilai yang sangat sakral. Oleh karenya kesakralan tersebut harus diiringi dengan sebuah adat yang dihadiri oleh para tetua adat.
Dikatakan sakral karena bermakna pengorbanan bagi pihak pengantin perempuan. Ia rela “berkorban” memberikan satu nyawa manusia yang hidup yaitu anak perempuan kepada orang lain pihak paranak, pihak pengantin pria. Oleh sebab itu pihak pria juga harus menghargainya dengan mengorbankan atau mempersembahkan satu nyawa juga berupa penyembelihan seekor Babi, sapi, atau kerbau. Hewan tersebut akan menjadi santapan atau makanan adat dalam ulaon unjuk.
Bagi orang Batak, khusunya Batak Toba, sesama satu marga dilarang saling mengawini. Jika melanggar ketetapan ini, maka si pelanggar akan mendapatkan sanksi adat. Hal ini ditujukan untuk menghormati marga seseorang, sekaligus juga supaya keturunan marga tersebut dapat berkembang. Ini menunjukan bahwa mereka sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan marga yang memiliki kedudukan tinggi.
Dalam rangkaian upacara adat perkawinan adat Batak ada beberapa tahap yang harus dilakukan.
1. Rangkaian pertama sebagai pembuka adalah Mangariksa dan Pabangkit Hata. Mangariksa adalah kunjungan dari pihak mempelai laki-laki kepada pihak wanita, lalu dilanjutkan dengan proses Pabangkit Hata atau lamaran.
2. Rangkaian kedua adalah Marhori-Hori Dinding, yaitu membicarakan lebih lanjut mengenai rencana perkawinan serta pestanya.
3. Ketiga adalah Patua Hata, yakni para orang tua memberikan petuah atau nasihat sebagai bekal kepada kedua mempelainya nanti. Proses ini merupakan proses yang amat serius, dimana kata-kata petuah yang disampaikan harus disimak walaupun berlangsung lama dan berulang-ulang.
4. Keempat adalah rangkaian yang dinamakan Marhata Sinamot, yakni pihak pria mendatangi pihak wanita untuk membicarakan uang jujuran atau dalam bahasa Batak adalah tuhor.
5. Selanjutnya adalah Pudun Sauta atau makan bersama kedua belah pihak. Makanan yang dibawa berasal dari pihak pria.
6. Martumpol, yaitu penandatanganan surat perstujuan kedua belah pihak.
7. Kemudian rangkaian ketujuah adalah Martonggo Raja, yaitu seremoni atau pernikahan yang akan digelar. Prosesi ini memberitahukan kepada masyarakat mengenai pernikahan yang akan digelar.
8. Rangkaian kedelapan adalah Manjalo Pasu-pasu Parbagosan, yaitu pemberkatan kedua pengantin yang dilakukan oleh pihak gereja bila agama mereka adalah Kristen Protestan. Prosesi ini merupakan hal yang terpenting dan tak boleh dilewatkan karena umumnya orang Batak adalah penganut Kristen yang taat.
9. Rangkaian terakhir adalah Pesta Unjuk. Prosesi ini merupakan rangkaian terakhir dari keseluruhan rangkaian pernikahan. Semua keluarga berpesta dan membagikan jambar atau daging kepada pihak keluarga.
Rangkaian tersebut memang nampak ribet, rumit dan merepotkan. Tetapi itu merupakan suatu kebudayaan yang dimiliki orang Batak yang adalah salah satu suku bangsa Indonesia.
0 Komentar